15 Juni 2009

^PhiTecH ChiLeQ…^

  1. I meet you as a stranger, then I leave you as a true friend

Boku ga kimi o gaikokuni natte, kokoro no tomo o dasain

  1. Witing trisno jalaran soko kulina

Tsukan ga aru kara, ai koto ga aru

  1. Mangan ga mangan sing penting ngumpul

Taberu tabenai ga, yoku atsumaru

  1. Open your eyes, open your heart, then find your own world

Kimi no me o akete, kokoro o hiraite, kimi no sekai o jibun de tsukeru

  1. Aku menyebut kalian “Belahan Jiwa”

Boku ga kimi o “Ai Jin” o yonde

  1. Kami tidak jadi berpisah…

Bokutachi ga wakarenain…

^menurut saya......^

Ciri khas IKLAN, FILM FIKSI, DOKUMENTER, dan VIDEO KLIP menurut SAYA:

IKLAN :

  • persuasive

  • ada beberapa yang men-jugde produknya paling unggul dengan menjelekkan produk laen secara tersirat

  • ilustrasi ada yang berkaitan langsung dengan produk, ada yang tidak

  • model yang digunakan relatif perfect (memenuhi hasil yang dijanjikan produk)

  • kreatif

FILM FIKSI :

  • singkat

  • pesan yang disampaikan lebih terlihat tegas, tidak bertele-tele

  • menimbulkan emosi, membawa kita ikut merasakan apa yang terjadi dalam film itu

  • tema yang diangkat sederhana, namun dikemas dengan cara yang menarik

  • full script

FILM DOKUMENTER :

  • bersifat mendokumentasikan suatu realitas

  • terkadang disisipi vox pops

VIDEO KLIP :

  • ilustrasi mendukung lagu

  • mimik model lebih ditonjolkan karena tidak ada dialog

^...ehem...^

“Kenikmatan tidak ada yang abadi
Kebodohan tidak selalu menyertai Keindahan datang hanya untuk sekali Dan yang pasti cinta menghampiri saat hati merasa sepi Jika engkau tak tau apa itu cinta sejati Coba tanyakan pada suara alam yang bernyanyi”

^Jogjakarta Punya^

12 Rabiul Awal merupakan hari dimana nabi besar Muhammad SAW dilahirkan. Dalam bulan tersebut, umat manusia banyak mendapatkan berkah dan nikmat dari Allah SWT. Masyarakat pada umumnya mengenal peristiwa tersebut dengan sebutan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, istilah tersebut ternyata tidak berlaku pada masyarakat Jogjakarta dan Solo, mereka menyebutnya Sekaten. Sekatenan itu sendiri bukan merupakan upacara keagamaan biasa seperti yang dilakukan di wilayah lain saat memperingati Maulid Nabi, namun upacara Sekaten Jogja ini digelar selama satu minggu penuh dan berakhir tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal dengan ritual-ritual tertentu. Bahkan tidak hanya serangkaian upacara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan pada pekan itu, namun juga dimeriahkan dengan berbagai acara yang nampaknya mampu menyedot masa yang bukan hanya di kalangan umat Islam saja, melainkan umat agama lain dari berbagai penjuru daerah. Beberapa masyarakat kuno beranggapan bahwa perayaan sekaten ini bisa memperpanjang umur.

Upacara sekaten ini dilakukan selain sebagai wujud penghormatan umat Islam terhadap Nabi Muhammad yang telah mensyiarkan agama islam hingga sampai kepada kita sehingga kita menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, namun juga merupakan suatu sarana pelestarian adat yang sudah berkembang sejak zaman kerajaan Islam di Demak sekitar abad ke-15. Salah satu wali songo, yaitu Sunan Kalijaga, menciptakan alat musik tradisional atau gamelan guna menarik perhatian para warga agar mereka mau berkumpul. Karena pada jaman tersebut, jarang sekali terdengar bunyi-bunyian merdu, maka tak ayal, suara gamelanpun jadi salah satu kegemaran masyarakat sekitar keraton. Sunan Kalijaga membuat lagu-lagu yang dia buat sendiri untuk mengumpulkan para warga dalam suatu majelis, setelah masyarakat cukup banyak yang berkumpul beliau melakukan ceramah-ceramah agama yang bertujuan menyebarkan agama Islam. Sekaten sendiri memiliki dua arti, berasal dari kata “syahadatain”, karena tujuan akhir pengumpulan para warga oleh Sunan Kalijaga tersebut adalah mengajak mereka mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat mutlak untuk memeluk agama Islam. Ada pula yang mengartikannya dari kata “sekati”, yang berarti dua buah gamelan yang bernama Kyai Sekati dan Nyai Sekati.

Sekaten memiliki serangkaian acara yang dimulai dengan penabuhan gamelan pertama kali dari dalam keraton. Kemudian, gamelan dipindahkan ke halaman masjid agung alun-alun utara kota yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Masjid Gedhe. Gamelan tersebut terdiri dari dua perangkat gamelan, yang bernama Kyai Guntursari dan Kyai Nogowilogo (Keraton Jogja) serta Kyai Guntursari dan Kyai Gunturmadu (Keraton Surakarta). Masing-masing ditempatkan di “pagonan” selatan dan pelataran utara masjid. Di dalam Masjid Gedhe diadakan pengajian yang dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono selaku sultan dan para pengiringnya. Setiap hari selama satu minggu penuh menjelang upacara Grebeg, kecuali pada hari Kamis malam sampai Jumat siang, gamelan ditabuh oleh para abdidalem keraton. Selama itu pula, wisatawan dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang untuk melihat dan ikut serta meramaikan acara sekaten ini. Karena disamping acara penabuhan gamelan di Masjid Gedhe, di alun-alun utara Kota Jogjakarta juga diadakan semacam pesta rakyat. Berbagai macam makanan, hasil kerajinan, serta pertunjukan disuguhkan di dalamnya. Sehingga, tak heran jika masyarakat Jogjakarta sangat menantikan acara sekaten ini, karena hanya satu kali dalam setahun didapati kota mereka sangat ramai dengan wisatawan di samping warga di sekitar wilayah Jogjakarta. Pada hari terakhir, atau tepatnya pada Maulud Nabi Muhammad SAW, diadakan upacara grebeg di keraton Jogjakarta dan diadakan arak-arakan dua buah gunungan yang diiringi prajurit-prajurit keraton menuju halaman Masjid Gedhe. Sesampainya di halaman masjid, kedua gunungan tersebut yang diberi nama Gunungan Jaler dan Gunungan Estri ini diletakkan di halaman depan masjid dan bersama-sama akan dipanjatkan doa, mengucap syukur terhadap Allah SWT dan meminta kesejahteraan serta berkah dari-Nya. Setelah doa selesai dipanjatkan, kedua gunungan tersebut diserahkan kepada pemimpin masjid oleh sultan dan kemudian masyarakat boleh mulai merayah (memperebutkan) isi dari gunungan tersebut. Acara ngrayah gunungan sendiri dinilai sebagai simbol ‘tutur slamet’, yang bermakna sebagai wujud rasa terima kasih sri sultan terhadap rakyatnya. Ngrayah gunungan merupakan acara puncak yang menandai berakhirnya grebeg. Rangkaian acara sekaten ditutup dengan dikembalikannya perangkat gamelan ke dalam keraton untuk disimpan hingga perayaan sekaten berikutnya.

Pada masa kerajaan Hindu, masyarakat sangat memuliakan gunung karena dipercaya sebagai tempat para dewa. Terdapat dua buah gunungan, yaitu Gunungan Jaler yang merupakan simbol Gunung Merapi dengan bentuknya yang kerucut tinggi dan Gunungan Estri yang merupakan simbol Laut Selatan dengan bentuk datar. Ternyata, apabila ditarik garis lurus antara Gunung Merapi dengan Laut Selatan, perpotongan antara keduanya adalah keraton. Pada awal perayaan sekaten, gunungan dibagikan secara merata ke seluruh penduduk, namun, karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, sedangkan isi dari gunungan juga terbatas, maka pembagian gunungan diganti dengan acara rayahan. Barang siapa yang mendapatkan bagian dari gunungan tersebut, maka dipercaya akan mendapatkan berkah selama satu tahun tersebut. Selain itu, juga ada kepercayaan apabila mengunyah sirih pada saat gamelan ditabuh, maka akan awet muda. Sedangkan bagi orang yang memakan nasi gurih dan endhog abang (telur bebek atau telur ayam rebus yang diberi warna merah) sebagai rasa syukur, nantinya akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Maka dari itu, tidak heran jika banyak sekali orang-orang yang berjualan nasi gurih dan sirih yang dibentuk kerucut dan dihiasi dengan bunga kanthil di sekitar masjid.

Sebenarnya acara grebeg tidak hanya dirayakan pada saat sekaten saja, namun juga diadakan Grebeg Idul Fithri dan juga Grebeg Idul Adha. Acara seperti ini merupakan salah satu sarana pengembangan ajaran agama Islam. Bukan hanya itu, namun juga pelestarian kebudayaan daerah yang pelaksanaannya berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Efek yang ditimbulkannyapun tidak bisa dianggap remeh, rangkaian upacara sekaten yang pada akhirnya dirangkum dalam acara Jogja Expo Sekaten (JES) oleh pihak pemerintah setempat, bisa meningkatkan devisa daerah karena banyaknya wisatawan baik domestik maupun mancanegara, meningkatkan perekonomian penduduk setempat yang mencari nafkah dengan berdagang saat acara tersebut berlangsung, sarana hiburan rakyat, serta sarana bertemunya beragam nilai-nilai budaya tradisional dan budaya modern.

Tumbuh kembangnya pemikiran tokoh masyarakat mengenai nilai komersial JES, sempat membelokkan arah tujuan dari upacara adat itu sendiri. Namun, pihak pemerintah mampu menegaskan kembali apa yang menjadi poin dari JES, yakni pelestarian budaya yang sudah ada sejak lama, media penyebarluasan ajaran agama Islam, dan juga peringatan hari kelahiran Nabiullah Muhammad SAW. Era globalisasi juga menimbulkan beberapa perubahan pada sekaten ini. Dikarenakan segala sesuatu yang bersifat konsumsi publik juga harus mengikuti perkembangan jaman agar masih bisa dikecap oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi antara lain: media musiknya, yang dulunya hanya menggunakan perangkat gamelan, sekarang dipadukan dengan beberapa alat musik modern, bentuk upacaranyapun juga tidak lagi kesenian Jawa-Islam, namun berkembang menjadi ajang promosi niaga, selain itu juga tujuan sekaten tidak lagi murni untuk kepentingan penyebaran agama Islam, melainkan dititikberatkan pada promosi wisata.

Salah satu upaya perbaikan mutu dari JES, yang dulunya format JES hanya disusun oleh pemkot dan beberapa ahli budaya, namun, saat ini perumusan format JES juga melibatkan beberapa bagian dari masyarakat. Sehingga, aspirasi rakyat mengenai bagaimana jalannya acara, bagaimana pandangan masyarakat mengenai JES dapat tersalurkan dan dapat dipertimbangkan demi terciptanya acara yang lebih baik menurut semua pihak dan nilai luhur dari sebuah upacara keagamaan yang telah dicampuri oleh gaya metropolitan itu sendiri masih tetap dapat terpelihara. Karena bagaimanapun juga, kesakralan suatu tata adat jangan sampai tertindas lalu hilang hanya karena bisnis yang hanya mementingkan materi semata.

^keseimbangan nurani dan otak^

Manusia diciptakan lengkap beserta hati nurani dan akal yang makhluk lain tidak punya. Namun terkadang manusia tidak pernah sadar dan bersyukur akan hal itu. Bisa kita lihat dari bagaimana manusia memanfaatkan kelebihan tersebut. Apakah digunakan untuk hal-hal yang positif ataukah negatif. Mahasiswa merupakan salah satu manusia setengah sempurna dengan segala ilmu yang tertampung dalam milyaran sel otaknya. Namun kadang kala tidak diimbangi dengan penggunaan nurani yang rasional. Dipandang dari kacamata masyarakat, mahasiswa merupakan salah satu media paling jitu dalam menyampaikan aspirasi masyarakat tentang segala tatanan kemasyarakatan, begitu juga jika dipandang dari sisi pemerintah. Karena dengan keberadaan mahasiswa memudahkan para wakil rakyat “mendengar” apa yang diminta masyarakat. Dengan posisi tersebut mahasiswa dituntut untuk peka sekaligus “nekat” demi tersampaikan dan terwujudkannya segala tuntutan masyarakat yang kebanyakan bersifat menentang kebijakan pemerintah. Bisa dikatakan mahasiswa merupakan grade pertama manusia yang bebas. Mengapa? Karena untuk pertama kalinya seseorang diberi kebebasan berfikir, kebebasan berperilaku setelah beberapa tahun terikat peraturan sekolah atau sederajat. Apabila kebebasan itu tidak diimbangi dengan pemasukan ajaran-ajaran keimanan dan pengertian mengenai arti kebebasan yang positif, maka bisa jadi mahasiswa bukan lagi berperan sebagai manusia yang memiliki kepribadian dan otak yang lebih, malah menjadi manusia yang “bobrok” dan hanya menjadi sampah masyarakat. Ambil saja contoh bagaimana seorang mahasiswa mengambil sikap dalam menuntut adanya penurunan biaya pendidikan yang bukannya semakin rendah malah melonjak tiap tahunnya. Sebagai seorang mahasiswa yang peka terhadap hal tersebut dan mau peduli dengan nasib pelajar lain yang status ekonominya lebih rendah, maka ada dua opsi yang bisa jadi pilihan seorang mahasiswa untuk menyampaikan aspirasinya, diplomasi atau demonstrasi. Kenyataan yang bisa dilihat baik secara langsung maupun melalui media massa, langkah awal yang diambil oleh mahasiswa yang intelek adalah dengan berdiplomasi dengan pihak jajaran pimpinan universitas melalui forum terbuka terlebih dahulu. Berbagai argumen dan segala bukti-bukti konkret dikerahkan demi terwujudnya penurunan biaya kuliah. Meskipun kerap disertai perdebatan yang memicu emosi, namun hanya sebatas emosi yang positif dan tanpa adanya akibat fatal yang ditimbulkan. Langkah yang kedua yang bisa jadi dilakukan oleh mahasiswa intelek yang belum berhasil menggebrak keputusan pimpinan universitas untuk menurunkan biaya kuliah adalah dengan berdemonstrasi. Akan tetapi, bagaimanakah demonstrasi yang boleh dilakukan? Selama ini, kita mengetahui berbagai macam cara demonstrasi dan bisa membandingkan sendiri bahwa demonstrasi harusnya tanpa adanya akibat fatal yang ditimbulkan. Hal ini harus ditekankan kepada para mahasiswa guna terciptanya penyampaian aspirasi yang positif dan tidak ada pihak yang dirugikan akibat demonstran yang brutal. Lain halnya dengan demonstrasi positif, ada kalanya mahasiswa tersulut amarahnya sehingga tak lagi mengindahkan nilai nurani dan rasio dalam melakukan demonstrasi. Contohnya saja dengan cara menjahit mulutnya demi mengambil kepercayaan masyarakat bahwa mereka benar-benar sedang melakukan mogok makan. Selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu rela mengosongkan perut dan bisa jadi akhirnya masuk rumah sakit. Lalu, siapa yang akan mengganti biaya perawatannya? Orang tua akan menuntut pihak universitas untuk mengganti biaya perawatan seluruh mahasiswa yang mengikuti acara mogok makan. Darimana uang tersebut? Tentunya diambil dari SPP mahasiswa. Jadi, biaya kuliah bukannya diturunkan malah dinaikkan untuk mengganti perawatan mahasiswa. Ada juga yang dengan nekat menyandera pimpinan universitas. Dan juga ada yang dengan sengaja merusak sarana dan prasarana kampus yang jika dilihat lagi malah berakibat pengeluaran universitas makin membengkak guna memperbaiki/mengganti sarana prasarana kampus yang ujung-ujungnya berakibat naiknya biaya kuliah. Lalu untuk apa itu semua kalau pada akhirnya makin menambah masalah dan merugikan pihak lain? Mungkin penyelesaian dari semua permasalahan ini harus kita gali lagi dan lagi, agar tidak ada pihak yang dirugikan lagi akibat salah langkah. Tidak harus dengan mengambil tindakan-tindakan yang memperburuk keadaan, namun penyodoran solusi-solusi jitu dari mahasiswa yang notabene lebih bisa berpikir kritis, mungkin bisa membantu pihak pimpinan guna menekan biaya pendidikan. Dalam hal ini, sekali lagi otak dan nurani harus bekerjasama secara sinergi agar tercipta mahasiswa yang benar-benar intelek, bukannya mahasiswa dengan berbagai kegiatan anarkis. Karena masa depan generasi selanjutnya ada di tangan kita. Bila kita menciptakan gerakan-gerakan positif, maka junior kita akan ikut positif. Sebaliknya, bila kita menciptakan gerakan-gerakan negatif, mungkin generasi selanjutnya akan ikut menjadi “bobrok” bahkan lebih buruk lagi. Selamatkan Indonesia dengan cara yang positif, jauh dari kata menyimpang!

^radio di malang^

bagi yang tertarik sama dunia radio broadcast, ni aq ada alamat lengkap stasiun radio yang ada di malang..semoga bermanfaat.. 7.9 MHz Radio Citra Media Swara (Radio Citra Protiga) Jalan Hasanuddin 1A MALANG Tel: +62 341 340555 Fax: +62 341 358333 88.7 MHz Radio Clarinta Makobu Utama (Radio Makobu FM ) Jalan Soekarno Hatta D-5 MALANG 65142 Tel: +62 341 418989 Fax: +62 341 417070 89.5 MHz Radio Cakra Bhuwana (RCB FM ) Jalan Simpang Aluminium 12 MALANG Tel: +62 341 491892 90.3 MHz Radio Tidar Sakti Jalan Raya Beji 110 Batu MALANG Tel: +62 341 512567 91.1 MHz Radio Andhika Lugas Swara (Radio Andalus ) Jalan Baiduri Pandan 16 Tlogomas MALANG 65144 Tel: +62 341 575676 Fax: +62 341 560515 92.5 MHz Universitas Merdeka Malang (Bhiga FM) Jalan Terusan Raya Dieng 62-64 MALANG 65146 Tel: +62 341 582356 97.0 MHz Mitra FM Batu MALANG 93.0 MHz Radio Elfara Jalan Tidar Barat 1 MALANG Tel: +62 341 577001 94.6 MHz Radio Republik Indonesia (RRI Malang Pro-1) Jalan Candi Panggung 58 Mojolangu MALANG 65142 Tel: +62 341 495850 95.4 MHz Radio Suara Millenium (Radio Kosmonita / PM6FPF) Jalan Retawu 8 MALANG Tel: +62 341 558044 Fax: +62 341 558045 96.2 MHz Radio Suara Pionir (Pionir FM / Top Radio ) Jalan Raden Intan Kav 55/1 MALANG Tel: +62 341 495347 Fax :+62 341 481874 96.6 MHz Radio Parawisata Senaputra (Radio Senaputra) Jalan Kahuripan 91 MALANG 65119 Tel: +62 341 354338 Tel/Fax: +62 341 364093 97.2 MHz Radio Solagracia Villa Puncak Tidar Blok i/9A MALANG 97.8 MHz Radio Kharisima Dian Suara Radio KDS 8 Jalan Raya Langsep Barat Kav 30 MALANG Tel: +62 341 562330 Fax: +62 341 563380 98.6 MHz Radio Kencana FM Hotel Montana II Jalan Candi Panggung 2 Mojolangu MALANG 99.4 MHz Radio Republik Indonesia (RRI Malang Pro-2) Jalan Candi Panggung 58 Mojolangu MALANG 65142 Tel: +62 341 495850 101.3 MHz Radio Malangkucecewara / Radio Swara Rebana Turen (Malangkucecewara College of Economics / MFM ) Jalan Terusan Candi Kalasan Blimbing MALANG Tel: +62 341 481028 102.1 MHz Radio Kalimaya Bhaskara FM Jalan Banten 1 MALANG Tel: +62 341 551140 102.5 MHz Mensana FM Batu MALANG 102.9 MHz Radio Gita Loka Swara (Radio Gita FM) Jalan Sudanco Supriyadi 45 MALANG Tel: +62 341 369437 103.7 MHz Radio Puspita Hutama Nusantara (Puspita FM) Jalan Raya Karanglo 72 Singosari MALANG Tel: +62 341 482333 104.5 MHz Radio Mitra Adiswara (Mas FM) Jalan Dr Cipto 16 MALANG Tel: +62 341 327463 105.3 MHz Radio Republik Indonesia (RRI Malang Pro-3) Jalan Candi Panggung 58 Mojolangu MALANG 65142 Tel: +62 341 495850 105.8 MHz Radio Simfoni FM Universitas Islam Negeri MALANG 106.1 MHz Radio Tritara FM (Cool FM) Arjosari MALANG 106.5 MHz Suara Kanjuruhan FM (Radio Kanjuruhan FM) Jalan Tawi 1 Kepanjen MALANG 106.9 MHz Sejahtera FM Gedung Graha Sejahtera Jalan Gajah Mada 18 MALANG

^between television and radio^

Difference… Television 1. emphasize of audio and visual 2. easier to remind an information, because consist of audio and visual 3. need lower concentration/imagination 4. the range of wave more extensive 5. less proximate with audience 6. detail 7. more effective 8. more expensive 9. immobile 10. because consist of audio and visual, so audience have to watch 11. there is censorship organization 12. all TV channel can enjoyed all segment 13. less actual Radio 1. emphasize of audio 2. harder to remind an information, because just consist of audio 3. need higher concentration/imagination 4. the range of wave just reach local/regional 5. more proximate with audience 6. not detail 7. less effective 8. cheaper 9. mobile 10. can heard in a while 11. there isn’t censorship organization 12. every radio have a different segment 13. more actual

^phobia^

Banyak sekali orang yang takut akan ketinggian (akrofobia), takut berada dalam ruang yang sempit (klaustrofobia), dan istilah-istilah lain yang menerangkan tentang rasa takut yang berlebihan yang dimiliki seseorang. Pikiran atau rasa takut tersebut dinilai tidak umum bagi orang lain yang tidak mengalaminya, oleh karenanya seringkali orang lain sulit untuk memahami dan memberikan simpati atas apa yang diderita oleh seorang fobik. Istilah fobia, berasal dari kata Yunani phobos yang berarti “kengerian” atau “horor”.

Empat abad sebelum Masehi, Hipocrates, bapak ilmu kedokteran modern, pernah menggambarkan pasiennya “…tidak bisa mendekati tebing yang curam atau melintasi jembatan, atau berada di tepi parit yang terdangkal sekalipun”. Kemudian kita mengenal istilah akrofobia saat ini sebagai sebutan bagi orang yang takut akan ketinggian. Fobia merupakan suatu perasaan ketakutan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak memperlihatkan ancaman yang sejati terhadap kelangsungan hidup kita. Respon yang terjadi lebih kepada mental penderita, terkadang didukung oleh respon fisik yang berupa mual, gemetar, keringat, berdebar-debar, yang sangat mendukung bertambah parahnya fobia yang dialami penderita.

Semua orang bisa saja memiliki satu atau dua fobia terhadap apa saja di dunia ini. Banyaknya sumber yang menjadi penyebab fobia ini memunculkan pula banyaknya istilah yang kita ketahui saat ini. Istilah-istilah tersebut kesemuanya berasal dari bahasa Yunani. Yang diantaranya adalah:

1. air : hidrofobia 9. halilintar : keraunofobia

2. angka tiga belas : triskaidekafobia 10. hantu : fasmofobia

3. api : pirofobia 11. jenggot : pogonofobia

4. buku : bibliofobia 12. kegelapan : akluofobia

5. cacing : helmintofobia 13. kematian : nekrofobia

6. cina : sinofobia 14. matahari : helofobia

7. darah : hematofobia 15. perkawinan : gamofobia

8. garukan : akarofobia 16. Tuhan : teofobia

(diambil dari Phobias and Obsessions, Joy Melville)

Beberapa tokoh ternama dunia ternyata juga merupakan seorang fobik. Diantaranya ada Ratu Elizabeth I yang menderita fobia mawar, Raja James I yang fobia pedang, William Shakespeare yang dikatakan sebagai penderita kecemasan fobik, Pascal menderita agoraphobia (fobia tempat terbuka), dan Freud yang juga merupakan salah satu ahli psikologi menderita hodofobia (bepergian jauh). Masih banyak lagi tokoh-tokoh ternama dunia yang menderita fobia, bahkan mungkin banyak pula orang-orang di sekitar kita yang tanpa kita ketahui mengidap fobia akut.

Fobia bisa dibagi menjadi tiga kelompok utama:

  1. fobia pada obyek tertentu, seperti tikus, ular, dsb,

  2. fobia pada situasi, seperti, kesepian, keramaian, ketinggian, dsb,

  3. fobia pada penyakit tertentu, seperti kematian, kanker, dsb.

Bagaimanapun juga, kita yang memiliki rasa takut yang sifatnya irasional, betapapun ringannya, dapat disebut fobia. Yang menjadi permasalahannya adalah tingkatan rasa takut itu sendiri. Bagi fobik yang akut, biasanya ada ketakutan tambahan sebagai akibat fobia tersebut, yang dinamakan lisofobia (ketakutan menjadi gila). Lisofobia dialami oleh orang yang merasa bahwa fobia yang dialaminya sangatlah irasional, terlebih lagi jika orang lain sampai menertawakannya. Sedangkan sang penderita tidak mampu menangani fobia akut yang dideritanya, sehingga lisofobia muncul sebagai jawaban atas ketakutan yang bertambah itu.

Pada tahun dua puluhan, psikolog Amerika, J.B. Watson, melakukan eksperimen terhadap seorang anak kecil yang bernama Albert. Dia tidak takut pada tikus. Pada suatu hari Watson berdiri di belakang Albert yang sedang bermain dengan seekor tikus, saat Albert akan memegang tikus tersebut, dengan spontan Watson memukul palu pada lempengan baja yang dibawanya, sehingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Begitu seterusnya ketika Albert akan memegang si tikus. Karena suara-itu menjadi berkaitan dengan munculnya tikus-tikus itu, maka pada suatu hari Albert tidak mau lagi memegang tikus. Bahkan untuk melihat atau membayangkannya saja dia sudah sangat takut. Eksperimen ini sesungguhnya mengilustrasikan bagaimana kita belajar menjadi seorang fobik. Dari kecil kita telah dilatih untuk menjadi fobia terhadap hal-hal tertentu yang dianggap berbahaya oleh orang tua kita. Fobia tersebut menolong kita untuk bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, dipegang, maupun dimakan.

Urutan terbangunnya fobia pada diri seseorang adalah SCHI (stimulus, kecemasan, penghindaran, dan imbalan). Adanya stimulus yang menjadi pemicu tumbuhnya fobia, menimbulkan kecemasan yang sangat amat terhadap penderita yang membuat penderita melakukan penghindaran-penghindaran terhadap apa saja yang memicu dirinya mendekati stimulus. Kemudian hasil dari penghindaran itu/imbalannya adalah perasaan takut yang makin membuat penderita tersiksa akan fobianya. Psikoanalisis menganggap bahwa semua fobia berasal dari konflik yang ditekan, terutama konflik masa kanak-kanak, dengan asumsi hubungan dengan keluarga. Seperti pada apa yang dialami salah seorang teman saya. Dia seorang wanita yang fobia kapuk. Jika dia melihat buah-buah pohon randu itu matang dan kapuk yang dihasilkan mulai beterbangan disana sini, wajahnya akan memerah, mual, dan akhirnya menangis. Setelah diselidiki, ternyata dulunya dia memiliki insiden tentang kapuk yang membuat dia trauma terhadap kapuk.

Orang yang bersifat ekstrovert (terbuka) lebih bisa membantu penyembuhan fobia dibandingkan dengan orang yang introvert. Diceritakan Joy Melville dalam bukunya Phobias and Obsessions, ada seorang wanita yang sangat takut pada air saat ia teringat peristiwa tertentu. Ternyata, pada orang yang ekstrovert seperti wanita ini, ia mampu menceritakan peristiwa apa yang menyebabkan ia pobia air, dan pada akhirnya ia tak lagi fobia air. Namun, hal ini tidak berlaku bagi semua fobik ekstrovert.

Sesungguhnya, setiap orang dapat menyelesaikan masalahnya, seberat apapun itu, tanpa mengembangkan fobianya. Kami mendapat beberapa langkah dalam mengatasi fobia, yakni:

  1. relaksasi, dengan mengubah mindset yang tadinya negatif menjadi positif, melakukan hal-hal yang sekiranya membuat pikiran menjadi lebih tenang.

  2. menciptakan program pelatihan bagi diri sendiri untuk mengurangi fobia.

  3. berkhayal, belajar untuk berimajinasi sesuai dengan fobianya. Contoh, jika anda fobia berbicara di depan orang banyak, maka saat anda bertugas berpidato di depan orang banyak, berimajinasilah bahwa tak ada orang di depan anda.

  4. pelatihan kehidupan sebenarnya, menghadapi hal-hal yang sebelumnya anda hindari yang menjadi penyebab fobia.

  5. menghindari kemunduran, harus tetap optimis, dan konsentrasi agar tetap focus pada hal yang sudah didapatkan, jangan sampai mengulang hal yang sudah dicapai sebelumnya guna masa rehab.

  6. hidup tanpa rasa takut, menjaga keseimbangan tubuh, karen adari jasmani yang sehat, tumbuh jiwa yang sehat!

Langkah-langkah ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi, bahkan menghilangkan fobia pada diri kita. Apabila kita merasa kurang yakin, akan lebih baik berkonsultasi pada yang lebih ahli, seperti psikiatri. Saat ini banyak sekali jasa pelayanan bimbingan konseling, jasa psikolog, psikiatri yang dapat membantu kita mengahdapimasalah kejiwaan kita. Fobia, sebagai salah satu penyakit yang menyerang mental kita juga layak untuk dimusnahkan gna ketentraman jiwa kita. Semakin kita mampu mengendalikan sifat cemas dan takut kita akan suatu hal, maka semakin baik kondisi jiwa dan pikiran kita.

10 Juni 2009

^apa lagi ni?^

ada lagi istilah2 laennya kalo lagi ambil gambar, seperti: 1. walking shoot 2. fast road effect 3. artificial shoot, ni di depan objek intinya ada bendanya yang jadinya bisa bikin objek ada framenya dari benda tersebut yang ada di depannya 4. reflection shoot, gambar diambil dari hasil refleksi di kaca, air, dll 5. back light shoot/ siluet 6. 1 shoot, cuma 1 orang yang dishoot 7. 2 shoot, 2 orang 8. group shoot, lebih dari 2 orang

^camera movement^

skarang, saya kasi tau macem2 camera movement (pergerakan kamera) ya...baca baek2...
1. panning (pan left/pan right), susah menjelaskan artinya, tapi yang jelas, kalo panning tu ambil objeknya yang lagi gerak, jadi kalo misalkan difoto, objeknya tu seolah2 diam, tapi skitarnya kaya bergerak..

kurang lebih seperti ini..

2. tilting (tilt up/tilt down)

3. tracking (track in/track out)

4. following, ngikutin objek

istilah2 laen:

1. zoom (zoom in/ zoom out)

2. dolly, bukan gang doli lho ya... ni tripod yang ada rodanya

3. rel

4. crane shoot

5. helly shoot, yang pake heli mini itu lho!!

6. head room, sedikit ruang yang ada di atas kepala

7. nose room, sedikit ruang yang ada di depa hidung pas hadap samping

^KUTIL^

kom AV mulu ya daritadi ngobrolinnya... ganti topik bentar yuk...curhat bout gimana aq bikin film ma anak2... so, one day Pak. Novin, dosen qta daskom AV ngasi tugas dokumentasiin pemilu...keren bo, masi sem.2 dah suruh bikin film gitu..tapi untunglah di kelompokq ada mahasiswa2 tua yang sudah berpengalaman soal perfilman. bikinnya tu seru banget...dari mulai cari2 data, bikin ilustrasi segala, lucu2 pula ilustrasinya!, dsb2... btw, topik yang qta angkat adalah masalah GOLPUTNYA MAHASISWA!!! fenomena di sekitar qta, para mahasiswa rata2 golput di pilleg 9 April 2009. dengan berbagai alasan tentunya... nah, di film qta, qta mengungkap alasan2 apa aja yang sebenernya bikin para mahasiswa ini pada golput. ga cuma itu, qta juga kasi solusi2 jitu bwat nyiasati biar pilpres yang insyaallah 8 Juli besok ga banyak lagi yang golput. solusinya banyak lho!! tepat akurat pula!! qta ambil judl KUTIL (Ku Tak pILih), selain kepanjangane pas, qta ibaratkan mahasiswa yang golput tu kaya kutil beneran. satu komunitas, yang meskipun tergolong kecil, tapi mengganggu jalannya pemilu dengan mereka golput. tidak menyumbangkan suara, berarti mahasiswa tidak ikut menyuarakan suara rakyat. betul bukan? so, bagaimanapun juga, mending pilih pilpres tar, coz nasib indonesia juga ada di tangan qta... sayang banget videonya belum aq convert, kalo mau, hubungi aja MATA KAMERA, mengabadikan moment dengan lensa...

^camera angle^

lalala... ngomongi masalah camera angle yuk... sebenere, camera angle tu dibagi jadi 3, ada: 1. High angle, pengambilan gambar dari atas 2. Straight angle/eye angle, sejajar sama mata 3. Low angle, pengambilan gambar dari bawah tapi kalo diulas lebih dalem lagi, ada banyak lhoo!! 1. high angle, objek jadi kelihatan kecil, tertekan, tapi bwat kita2 yang pengen ga kliatan tembemnya, pake high angle aja.. 2. low angle, objek jadi terlihat gagah, mengesankan kekuatan dan kekuasaan 3. eye level, objek terlihat biasa/tidak ada yang ditonjolkan 4. top angle, pengambilan objek dari atas pas! 5. bird eye view (BEV), yang diambil keseluruhan dari atas, jadi semuanya kelihatan...kaya apa yang diliat sama burung... 6. frog eye level (FEL), yang diambil keseluruhan dari bawah, jadi kaya apa yang diliat ma kodok, biasanya kalo ambil gambar ni, sampe tengkurap2 tu di tanah, biar sip gambarnya! (padahal udah ada alatnya kan...) 7. dog eye level (DEL), seukuran lutut ambil gambarnya, jadi kaya yang diliat ma doggy...

^type of shoot^

ada banyak banget istilah2 shoot, aq kasi tau ya... 1. Big Close Up (BCU), ukuran close up dengan framing lebih memusat atau detil pada salah satu ukuran tubuh ato aksi yang mendukung suatu peristiwa. contoh, ngeshoot bola mata aja ato lubang idungnya aja.. 2.Close Up (CU) /close shoot, dishootnya cuma sampe dada ato leher, tekstur mimik kamera berada dekat ato terlihat dekat dengan subjek, jadinya gambarnya memenuhi frame. 3. Medium Close Up (MCU), pengambilan gambarnya dengan komposisi framing subjek lebih jauh dari close up, seperut lah.. 4. Medium Shoot (MS), pengambilan gtambarnya sampe atas lutut, sepaha gitchu... 5. Knee Shoot (KS) / medium full shoot, ambilnya cuma sampe lutut / 3/4 tubuh. 6. Full Shoot (FS), dari ujung kepala sampe ujung kaki.. 7. Medium Long Shoot (MLS), selain subjek inti, juga ada sedikit setting tempat sebagai suasana pendukung.. 8. Long Shoot (LS), kalo yang ini, settingnya lebih dominan.. 9. Extreme Long Shoot (ELS), artisnya tampak jauuhhh...banget! hampir ga kelihatan! setting ruangannya sangat amat mendukung..jadi kalo ada artis yang narsis, tapi di ELS, maaf aja ya...ga ketok ayu/gantenge!!!

^maap^

coz aq orangnya kurang suka copy paste, jadinya iki leren ngarang2 artikel..materinya ada, tinggal dikembangin...tapi lama ya??? ha13...tak apalah, karya anak bangsa!!!!!!

^get start^

komunikasi itu bisa terjadi jika ada komunikator, komunikan, dan yang paling penting adalah PESAN. oia, satu lagi,media...meskipun masih banyak elemen2 lainnya... kali ini yang saya bahas yang media dulu ya... media komunikasi bisa berupa media On Air, On Line, dan juga Print. masing2 media punya kelebihan dan kelemahan. kalo media itu cuma Audio ato ada Audionya, dia: 1. attention, kalo aq ngartiinnya dia bisa menarik perhatian komunikator karena manusia cenderung suka dengan sesuatu yang ada audionya. 2. memorability, lebih mudah mengingat informasi yang sifatnya kita dengar daripada kita lihat. buktinya, kalo lagi ujian, paling gampang belajar sambil ditereakin keras2 dibandingin cuma baca. 3. audio imagery, karena cuma audio aja, tidak ada gambarnya, maka media yang mengandalkan audio yang dominan, bisa menciptakan imajinasi komunikator. kalo ada gambar, kan terbatas sama apa yang ada di gambar itu. 4. emotion, media yang ada audionya juga bisa menimbulkan emosi lho! film, kalo ga ada audionya, pasti ga seru sama sekali!! kaya film bisu! kalo media yang ada Videonya, dia: 1. get attention, pastinya menarik perhatian,apalagi kalo warna2 yang ditampilkan ngejreng2. wi....silau men! 2. demonstrates features & simbol, maksudnya..yang namanya video itu kan bisa menampilkan simbol2nya dengan gamblang, bisa mendemontrasikan segala sesuatu lebih nyata juga. 3. depict situations & settings, video bisa menjelaskan lebih jelas situasi dan kondisi sesuatu, menampilkan setting tempat, waktu, suasana, lebih jelas. 4. eshtablish mood, bisa menimbulkan mood komunikator, ya faktor sikon yang ditimbulkan juga kan... kalo media yang punya Audio & Video, pastinya tinggal gabungin kedua kelebihan di atas. jadinya, ya kaya tipi2 kelir sekarang ini... ga heran kalo konsumennya bejibun...

khilaf

setelah sekian laa tak bersua,akhirnya aq kembali mengisi blogq tercinta. tapi kali ini bener2 bwat ngerjain tugas dasar2 kom AV... he13...kembali ka tujuan semula bikin blog!! kalo biasanya aq isi dengan tulisan2 yang aneh (aneh tapi manfaat yo), kali ini artikel2nya bout AV dulu ya... selamat membaca...=)