...segala apa yang qta tuliskan, merupakan salah satu cerminan diri qta. tapi dari tulisan ini aQ berharap lebih dari itu... coc1ps@yahoo.com ^130390^
24 Oktober 2009
...perkembangan teknologi komunikasi (2)...
…komunikasi antar budaya (2)…
13 Oktober 2009
…perkembangan teknologi komunikasi (1)…
…komunikasi antar budaya (1)…
…apa kabar blogQ ??...
05 Juli 2009
^pengalaman^
15 Juni 2009
^PhiTecH ChiLeQ…^
I meet you as a stranger, then I leave you as a true friend
Boku ga kimi o gaikokuni natte, kokoro no tomo o dasain
Witing trisno jalaran soko kulina
Tsukan ga aru kara, ai koto ga aru
Mangan ga mangan sing penting ngumpul
Taberu tabenai ga, yoku atsumaru
Open your eyes, open your heart, then find your own world
Kimi no me o akete, kokoro o hiraite, kimi no sekai o jibun de tsukeru
Aku menyebut kalian “Belahan Jiwa”
Boku ga kimi o “Ai Jin” o yonde
Kami tidak jadi berpisah…
Bokutachi ga wakarenain…
^menurut saya......^
Ciri khas IKLAN, FILM FIKSI, DOKUMENTER, dan VIDEO KLIP menurut SAYA:
IKLAN :
persuasive
ada beberapa yang men-jugde produknya paling unggul dengan menjelekkan produk laen secara tersirat
ilustrasi ada yang berkaitan langsung dengan produk, ada yang tidak
model yang digunakan relatif perfect (memenuhi hasil yang dijanjikan produk)
kreatif
FILM FIKSI :
singkat
pesan yang disampaikan lebih terlihat tegas, tidak bertele-tele
menimbulkan emosi, membawa kita ikut merasakan apa yang terjadi dalam film itu
tema yang diangkat sederhana, namun dikemas dengan cara yang menarik
full script
FILM DOKUMENTER :
bersifat mendokumentasikan suatu realitas
terkadang disisipi vox pops
VIDEO KLIP :
ilustrasi mendukung lagu
mimik model lebih ditonjolkan karena tidak ada dialog
^...ehem...^
^Jogjakarta Punya^
12 Rabiul Awal merupakan hari dimana nabi besar Muhammad SAW dilahirkan. Dalam bulan tersebut, umat manusia banyak mendapatkan berkah dan nikmat dari Allah SWT. Masyarakat pada umumnya mengenal peristiwa tersebut dengan sebutan Maulid Nabi Muhammad SAW. Namun, istilah tersebut ternyata tidak berlaku pada masyarakat Jogjakarta dan Solo, mereka menyebutnya Sekaten. Sekatenan itu sendiri bukan merupakan upacara keagamaan biasa seperti yang dilakukan di wilayah lain saat memperingati Maulid Nabi, namun upacara Sekaten Jogja ini digelar selama satu minggu penuh dan berakhir tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal dengan ritual-ritual tertentu. Bahkan tidak hanya serangkaian upacara peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW yang dilaksanakan pada pekan itu, namun juga dimeriahkan dengan berbagai acara yang nampaknya mampu menyedot masa yang bukan hanya di kalangan umat Islam saja, melainkan umat agama lain dari berbagai penjuru daerah. Beberapa masyarakat kuno beranggapan bahwa perayaan sekaten ini bisa memperpanjang umur.
Upacara sekaten ini dilakukan selain sebagai wujud penghormatan umat Islam terhadap Nabi Muhammad yang telah mensyiarkan agama islam hingga sampai kepada kita sehingga kita menuju jalan yang diridhoi Allah SWT, namun juga merupakan suatu sarana pelestarian adat yang sudah berkembang sejak zaman kerajaan Islam di Demak sekitar abad ke-15. Salah satu wali songo, yaitu Sunan Kalijaga, menciptakan alat musik tradisional atau gamelan guna menarik perhatian para warga agar mereka mau berkumpul. Karena pada jaman tersebut, jarang sekali terdengar bunyi-bunyian merdu, maka tak ayal, suara gamelanpun jadi salah satu kegemaran masyarakat sekitar keraton. Sunan Kalijaga membuat lagu-lagu yang dia buat sendiri untuk mengumpulkan para warga dalam suatu majelis, setelah masyarakat cukup banyak yang berkumpul beliau melakukan ceramah-ceramah agama yang bertujuan menyebarkan agama Islam. Sekaten sendiri memiliki dua arti, berasal dari kata “syahadatain”, karena tujuan akhir pengumpulan para warga oleh Sunan Kalijaga tersebut adalah mengajak mereka mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai syarat mutlak untuk memeluk agama Islam. Ada pula yang mengartikannya dari kata “sekati”, yang berarti dua buah gamelan yang bernama Kyai Sekati dan Nyai Sekati.
Sekaten memiliki serangkaian acara yang dimulai dengan penabuhan gamelan pertama kali dari dalam keraton. Kemudian, gamelan dipindahkan ke halaman masjid agung alun-alun utara kota yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Masjid Gedhe. Gamelan tersebut terdiri dari dua perangkat gamelan, yang bernama Kyai Guntursari dan Kyai Nogowilogo (Keraton Jogja) serta Kyai Guntursari dan Kyai Gunturmadu (Keraton Surakarta). Masing-masing ditempatkan di “pagonan” selatan dan pelataran utara masjid. Di dalam Masjid Gedhe diadakan pengajian yang dihadiri oleh Sri Sultan Hamengku Buwono selaku sultan dan para pengiringnya. Setiap hari selama satu minggu penuh menjelang upacara Grebeg, kecuali pada hari Kamis malam sampai Jumat siang, gamelan ditabuh oleh para abdidalem keraton. Selama itu pula, wisatawan dari berbagai penjuru berbondong-bondong datang untuk melihat dan ikut serta meramaikan acara sekaten ini. Karena disamping acara penabuhan gamelan di Masjid Gedhe, di alun-alun utara Kota Jogjakarta juga diadakan semacam pesta rakyat. Berbagai macam makanan, hasil kerajinan, serta pertunjukan disuguhkan di dalamnya. Sehingga, tak heran jika masyarakat Jogjakarta sangat menantikan acara sekaten ini, karena hanya satu kali dalam setahun didapati kota mereka sangat ramai dengan wisatawan di samping warga di sekitar wilayah Jogjakarta. Pada hari terakhir, atau tepatnya pada Maulud Nabi Muhammad SAW, diadakan upacara grebeg di keraton Jogjakarta dan diadakan arak-arakan dua buah gunungan yang diiringi prajurit-prajurit keraton menuju halaman Masjid Gedhe. Sesampainya di halaman masjid, kedua gunungan tersebut yang diberi nama Gunungan Jaler dan Gunungan Estri ini diletakkan di halaman depan masjid dan bersama-sama akan dipanjatkan doa, mengucap syukur terhadap Allah SWT dan meminta kesejahteraan serta berkah dari-Nya. Setelah doa selesai dipanjatkan, kedua gunungan tersebut diserahkan kepada pemimpin masjid oleh sultan dan kemudian masyarakat boleh mulai merayah (memperebutkan) isi dari gunungan tersebut. Acara ngrayah gunungan sendiri dinilai sebagai simbol ‘tutur slamet’, yang bermakna sebagai wujud rasa terima kasih sri sultan terhadap rakyatnya. Ngrayah gunungan merupakan acara puncak yang menandai berakhirnya grebeg. Rangkaian acara sekaten ditutup dengan dikembalikannya perangkat gamelan ke dalam keraton untuk disimpan hingga perayaan sekaten berikutnya.
Pada masa kerajaan Hindu, masyarakat sangat memuliakan gunung karena dipercaya sebagai tempat para dewa. Terdapat dua buah gunungan, yaitu Gunungan Jaler yang merupakan simbol Gunung Merapi dengan bentuknya yang kerucut tinggi dan Gunungan Estri yang merupakan simbol Laut Selatan dengan bentuk datar. Ternyata, apabila ditarik garis lurus antara Gunung Merapi dengan Laut Selatan, perpotongan antara keduanya adalah keraton. Pada awal perayaan sekaten, gunungan dibagikan secara merata ke seluruh penduduk, namun, karena semakin bertambahnya jumlah penduduk, sedangkan isi dari gunungan juga terbatas, maka pembagian gunungan diganti dengan acara rayahan. Barang siapa yang mendapatkan bagian dari gunungan tersebut, maka dipercaya akan mendapatkan berkah selama satu tahun tersebut. Selain itu, juga ada kepercayaan apabila mengunyah sirih pada saat gamelan ditabuh, maka akan awet muda. Sedangkan bagi orang yang memakan nasi gurih dan endhog abang (telur bebek atau telur ayam rebus yang diberi warna merah) sebagai rasa syukur, nantinya akan mendapatkan berkah dari Allah SWT. Maka dari itu, tidak heran jika banyak sekali orang-orang yang berjualan nasi gurih dan sirih yang dibentuk kerucut dan dihiasi dengan bunga kanthil di sekitar masjid.
Sebenarnya acara grebeg tidak hanya dirayakan pada saat sekaten saja, namun juga diadakan Grebeg Idul Fithri dan juga Grebeg Idul Adha. Acara seperti ini merupakan salah satu sarana pengembangan ajaran agama Islam. Bukan hanya itu, namun juga pelestarian kebudayaan daerah yang pelaksanaannya berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Efek yang ditimbulkannyapun tidak bisa dianggap remeh, rangkaian upacara sekaten yang pada akhirnya dirangkum dalam acara Jogja Expo Sekaten (JES) oleh pihak pemerintah setempat, bisa meningkatkan devisa daerah karena banyaknya wisatawan baik domestik maupun mancanegara, meningkatkan perekonomian penduduk setempat yang mencari nafkah dengan berdagang saat acara tersebut berlangsung, sarana hiburan rakyat, serta sarana bertemunya beragam nilai-nilai budaya tradisional dan budaya modern.
Tumbuh kembangnya pemikiran tokoh masyarakat mengenai nilai komersial JES, sempat membelokkan arah tujuan dari upacara adat itu sendiri. Namun, pihak pemerintah mampu menegaskan kembali apa yang menjadi poin dari JES, yakni pelestarian budaya yang sudah ada sejak lama, media penyebarluasan ajaran agama Islam, dan juga peringatan hari kelahiran Nabiullah Muhammad SAW. Era globalisasi juga menimbulkan beberapa perubahan pada sekaten ini. Dikarenakan segala sesuatu yang bersifat konsumsi publik juga harus mengikuti perkembangan jaman agar masih bisa dikecap oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbagai perubahan yang terjadi antara lain: media musiknya, yang dulunya hanya menggunakan perangkat gamelan, sekarang dipadukan dengan beberapa alat musik modern, bentuk upacaranyapun juga tidak lagi kesenian Jawa-Islam, namun berkembang menjadi ajang promosi niaga, selain itu juga tujuan sekaten tidak lagi murni untuk kepentingan penyebaran agama Islam, melainkan dititikberatkan pada promosi wisata.
Salah satu upaya perbaikan mutu dari JES, yang dulunya format JES hanya disusun oleh pemkot dan beberapa ahli budaya, namun, saat ini perumusan format JES juga melibatkan beberapa bagian dari masyarakat. Sehingga, aspirasi rakyat mengenai bagaimana jalannya acara, bagaimana pandangan masyarakat mengenai JES dapat tersalurkan dan dapat dipertimbangkan demi terciptanya acara yang lebih baik menurut semua pihak dan nilai luhur dari sebuah upacara keagamaan yang telah dicampuri oleh gaya metropolitan itu sendiri masih tetap dapat terpelihara. Karena bagaimanapun juga, kesakralan suatu tata adat jangan sampai tertindas lalu hilang hanya karena bisnis yang hanya mementingkan materi semata.
^keseimbangan nurani dan otak^
^radio di malang^
^between television and radio^
^phobia^
Banyak sekali orang yang takut akan ketinggian (akrofobia), takut berada dalam ruang yang sempit (klaustrofobia), dan istilah-istilah lain yang menerangkan tentang rasa takut yang berlebihan yang dimiliki seseorang. Pikiran atau rasa takut tersebut dinilai tidak umum bagi orang lain yang tidak mengalaminya, oleh karenanya seringkali orang lain sulit untuk memahami dan memberikan simpati atas apa yang diderita oleh seorang fobik. Istilah fobia, berasal dari kata Yunani phobos yang berarti “kengerian” atau “horor”.
Empat abad sebelum Masehi, Hipocrates, bapak ilmu kedokteran modern, pernah menggambarkan pasiennya “…tidak bisa mendekati tebing yang curam atau melintasi jembatan, atau berada di tepi parit yang terdangkal sekalipun”. Kemudian kita mengenal istilah akrofobia saat ini sebagai sebutan bagi orang yang takut akan ketinggian. Fobia merupakan suatu perasaan ketakutan yang ditimbulkan oleh sesuatu yang tidak memperlihatkan ancaman yang sejati terhadap kelangsungan hidup kita. Respon yang terjadi lebih kepada mental penderita, terkadang didukung oleh respon fisik yang berupa mual, gemetar, keringat, berdebar-debar, yang sangat mendukung bertambah parahnya fobia yang dialami penderita.
Semua orang bisa saja memiliki satu atau dua fobia terhadap apa saja di dunia ini. Banyaknya sumber yang menjadi penyebab fobia ini memunculkan pula banyaknya istilah yang kita ketahui saat ini. Istilah-istilah tersebut kesemuanya berasal dari bahasa Yunani. Yang diantaranya adalah:
1. air : hidrofobia 9. halilintar : keraunofobia
2. angka tiga belas : triskaidekafobia 10. hantu : fasmofobia
3. api : pirofobia 11. jenggot : pogonofobia
4. buku : bibliofobia 12. kegelapan : akluofobia
5. cacing : helmintofobia 13. kematian : nekrofobia
6. cina : sinofobia 14. matahari : helofobia
7. darah : hematofobia 15. perkawinan : gamofobia
8. garukan : akarofobia 16. Tuhan : teofobia
(diambil dari Phobias and Obsessions, Joy Melville)
Beberapa tokoh ternama dunia ternyata juga merupakan seorang fobik. Diantaranya ada Ratu Elizabeth I yang menderita fobia mawar, Raja James I yang fobia pedang, William Shakespeare yang dikatakan sebagai penderita kecemasan fobik, Pascal menderita agoraphobia (fobia tempat terbuka), dan Freud yang juga merupakan salah satu ahli psikologi menderita hodofobia (bepergian jauh). Masih banyak lagi tokoh-tokoh ternama dunia yang menderita fobia, bahkan mungkin banyak pula orang-orang di sekitar kita yang tanpa kita ketahui mengidap fobia akut.
Fobia bisa dibagi menjadi tiga kelompok utama:
fobia pada obyek tertentu, seperti tikus, ular, dsb,
fobia pada situasi, seperti, kesepian, keramaian, ketinggian, dsb,
fobia pada penyakit tertentu, seperti kematian, kanker, dsb.
Bagaimanapun juga, kita yang memiliki rasa takut yang sifatnya irasional, betapapun ringannya, dapat disebut fobia. Yang menjadi permasalahannya adalah tingkatan rasa takut itu sendiri. Bagi fobik yang akut, biasanya ada ketakutan tambahan sebagai akibat fobia tersebut, yang dinamakan lisofobia (ketakutan menjadi gila). Lisofobia dialami oleh orang yang merasa bahwa fobia yang dialaminya sangatlah irasional, terlebih lagi jika orang lain sampai menertawakannya. Sedangkan sang penderita tidak mampu menangani fobia akut yang dideritanya, sehingga lisofobia muncul sebagai jawaban atas ketakutan yang bertambah itu.
Pada tahun dua puluhan, psikolog Amerika, J.B. Watson, melakukan eksperimen terhadap seorang anak kecil yang bernama Albert. Dia tidak takut pada tikus. Pada suatu hari Watson berdiri di belakang Albert yang sedang bermain dengan seekor tikus, saat Albert akan memegang tikus tersebut, dengan spontan Watson memukul palu pada lempengan baja yang dibawanya, sehingga menimbulkan suara yang memekakkan telinga. Begitu seterusnya ketika Albert akan memegang si tikus. Karena suara-itu menjadi berkaitan dengan munculnya tikus-tikus itu, maka pada suatu hari Albert tidak mau lagi memegang tikus. Bahkan untuk melihat atau membayangkannya saja dia sudah sangat takut. Eksperimen ini sesungguhnya mengilustrasikan bagaimana kita belajar menjadi seorang fobik. Dari kecil kita telah dilatih untuk menjadi fobia terhadap hal-hal tertentu yang dianggap berbahaya oleh orang tua kita. Fobia tersebut menolong kita untuk bisa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, dipegang, maupun dimakan.
Urutan terbangunnya fobia pada diri seseorang adalah SCHI (stimulus, kecemasan, penghindaran, dan imbalan). Adanya stimulus yang menjadi pemicu tumbuhnya fobia, menimbulkan kecemasan yang sangat amat terhadap penderita yang membuat penderita melakukan penghindaran-penghindaran terhadap apa saja yang memicu dirinya mendekati stimulus. Kemudian hasil dari penghindaran itu/imbalannya adalah perasaan takut yang makin membuat penderita tersiksa akan fobianya. Psikoanalisis menganggap bahwa semua fobia berasal dari konflik yang ditekan, terutama konflik masa kanak-kanak, dengan asumsi hubungan dengan keluarga. Seperti pada apa yang dialami salah seorang teman saya. Dia seorang wanita yang fobia kapuk. Jika dia melihat buah-buah pohon randu itu matang dan kapuk yang dihasilkan mulai beterbangan disana sini, wajahnya akan memerah, mual, dan akhirnya menangis. Setelah diselidiki, ternyata dulunya dia memiliki insiden tentang kapuk yang membuat dia trauma terhadap kapuk.
Orang yang bersifat ekstrovert (terbuka) lebih bisa membantu penyembuhan fobia dibandingkan dengan orang yang introvert. Diceritakan Joy Melville dalam bukunya Phobias and Obsessions, ada seorang wanita yang sangat takut pada air saat ia teringat peristiwa tertentu. Ternyata, pada orang yang ekstrovert seperti wanita ini, ia mampu menceritakan peristiwa apa yang menyebabkan ia pobia air, dan pada akhirnya ia tak lagi fobia air. Namun, hal ini tidak berlaku bagi semua fobik ekstrovert.
Sesungguhnya, setiap orang dapat menyelesaikan masalahnya, seberat apapun itu, tanpa mengembangkan fobianya. Kami mendapat beberapa langkah dalam mengatasi fobia, yakni:
relaksasi, dengan mengubah mindset yang tadinya negatif menjadi positif, melakukan hal-hal yang sekiranya membuat pikiran menjadi lebih tenang.
menciptakan program pelatihan bagi diri sendiri untuk mengurangi fobia.
berkhayal, belajar untuk berimajinasi sesuai dengan fobianya. Contoh, jika anda fobia berbicara di depan orang banyak, maka saat anda bertugas berpidato di depan orang banyak, berimajinasilah bahwa tak ada orang di depan anda.
pelatihan kehidupan sebenarnya, menghadapi hal-hal yang sebelumnya anda hindari yang menjadi penyebab fobia.
menghindari kemunduran, harus tetap optimis, dan konsentrasi agar tetap focus pada hal yang sudah didapatkan, jangan sampai mengulang hal yang sudah dicapai sebelumnya guna masa rehab.
hidup tanpa rasa takut, menjaga keseimbangan tubuh, karen adari jasmani yang sehat, tumbuh jiwa yang sehat!
Langkah-langkah ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi, bahkan menghilangkan fobia pada diri kita. Apabila kita merasa kurang yakin, akan lebih baik berkonsultasi pada yang lebih ahli, seperti psikiatri. Saat ini banyak sekali jasa pelayanan bimbingan konseling, jasa psikolog, psikiatri yang dapat membantu kita mengahdapimasalah kejiwaan kita. Fobia, sebagai salah satu penyakit yang menyerang mental kita juga layak untuk dimusnahkan gna ketentraman jiwa kita. Semakin kita mampu mengendalikan sifat cemas dan takut kita akan suatu hal, maka semakin baik kondisi jiwa dan pikiran kita.
10 Juni 2009
^apa lagi ni?^
^camera movement^
kurang lebih seperti ini..
2. tilting (tilt up/tilt down)
3. tracking (track in/track out)
4. following, ngikutin objek
istilah2 laen:
1. zoom (zoom in/ zoom out)
2. dolly, bukan gang doli lho ya... ni tripod yang ada rodanya
3. rel
4. crane shoot
5. helly shoot, yang pake heli mini itu lho!!
6. head room, sedikit ruang yang ada di atas kepala
7. nose room, sedikit ruang yang ada di depa hidung pas hadap samping
^KUTIL^
^camera angle^
^type of shoot^
^maap^
^get start^
khilaf
06 April 2009
^bobrok!!!^
^Indonesia dalam kepingan^
010409
Ingat tidak sama karya satu ini? Karya ini dipajang saat Festival Malang Kembali (FMK) tahun lalu (2008). Saya ingat sekali kenapa saya tertarik dengan karya yang satu ini. Benar-benar menggambarkan Indonesia yang sebenarnya. Terdiri dari kepingan-kepingan logam lawas. Yang berkarat pun ikut mejeng disana agar lukisan itu lebih hidup. Lebih punya taste kalo X Mild bilang!
Indonesia dengan suku budaya dan karakter individunya yang heterogen membuat satu kesatuan yang indah, layaknya lukisan Indonesia ini yang juga disusun dari tiap keping uang logam dari berbagai nilai tukar. Dia disusun satu persatu, menutupi tiap inchi triplek yang menjadi dasarannya. Seperti masyarakat Indonesia yang menutupi daratannya dengan bangunan-bangunan demi mendukung global warming yang semakin gencar diperangi. Berwarna silver dan cokelat, hal ini ternyata juga serupa dengan negara kita yang semakin hari dipayungi seng dan genteng.
Hampir sama bukan?
Indonesiaku…tetaplah menghijau demi anak cucuku…
^Jangan Main-main dengan Halal Haram!^
010409
Berita yang cukup mengejutkan saat MUI (Majelis Ulama Indonesia) mengeluarkan fatwa yang menyebutkan bahwa golput adalah haram. Yang patut dipertanyakan adalah, atas dasar apa MUI mengklaim golput sebagai hal yang diharamkan agama? Sampai saat ini masyarakat masih tidak bisa 100% menerima alasan yang dikemukakan MUI.
Pelaku politik, yang dalam hal ini adalah partai politik, rasanya akan bisa bernafas lebih lega jika fatwa itu benar-benar dikeluarkan. Bagaimana tidak? Berapa juta masyarakat yang tidak memanfaatkan hak pilihnya? Segenap partai politik akan memperoleh suara lebih jika para penganut golput itu sadar akan dosa yang akan diterimanya. Coba dikaji ulang dulu sampai matang sebelum bertindak lebih jauh soal halal haram.
Harapannya, semoga di tahun ini angka golput semakin berkurang dengan semakin bertambahnya kaum pelaku politik…
Bagaimana dengan anda, setuju atau tidak dengan diharamkannya golput???
Sharing yuuuuuk…
31 Maret 2009
^kasi satu alasan^
28 Maret 2009
^new york times^
Kamis, 260309
Sumber : Haryanto,Ignatius.2006.The New York Times, Menulis Berita Tanpa Takut atau Memihak.Buku Obor:Jakarta
Siapa yang tidak tahu The New York Times? Salah satu koran paling terkenal di dunia. Bahkan koran ini merupakan koran tertua di Amerika, didirikan tahun 1851 dan dikelola pertama kali oleh Adolph Ochs. Dan seterusnya dikelola oleh keluarga Ochs hingga anak, cucu, cicitnya sampai usianya kini lebih dari 100 tahun! Dibandingkan dengan koran paling tua di Indonesia, yaitu harian Kompas yang baru berdiri 1965, sangat jauh! Sampai saat ini The Times sudah mengiringi langkah lebih dari 20 presiden Amerika, yaitu sejak presiden ke-24 Amerika, Grover Cleveland. Sedangkan Kompas baru mendampingi 6 presiden di Indonesia. (memang baru 6 presiden ci…he13…)
Tak heran The Times dijadikan kiblat persuratkabaran di seluruh dunia. Sejak ada penghargaan jurnalistik di Amerika, Pulitzer hingga tahun 2004 sudah mengantongi 90 penghargaan. Padahal penghargaan itu sangat amat bergengsi di dunia pers Amerika. Hampir tiap tahun The Times menggondol piala penghargaan dari Pulitzer. Sampai2 pernah suatu ketika para juri ingin membuat keputusan bahwa The Times tidak boleh lagi mengikuti ajang ini. Tentu saja The Times tidak sejutu (eh, setuju), karena bagaimanapun juga penghargaan ini menggambarkan bahwa The Times dan para orang2 yang di belakangnya benar2 memiliki prestasi yang patut dibanggakan.
Dengan segala kebesarannya, The Times juga pernah mengalami yang namanya jatuh. Salah satu wartawannya, Jayson Blair, kedapatan melakukan plagiat dan pemalsuan berita. Dengan segala kebijakan yang dilakukan, The Times mampu membangun lagi bentengnya yang ambruk akibat satu sandungan saja. Karena yang terpenting bagi sebuah media masa adalah kepercayaan public. Apabila satu kali saja public merasa dipermainkan, jangan harap kepercayaan itu akan tetap ada.
Ada beberapa tips yang menurut saya pantas ditiru oleh jurnalistik Indonesia, di antaranya integritas, kemampuan, reputasi, dan yang terpenting bagi The Times adalah kepercayaan pembaca. Semuanya masuk dalam kode etik koran The Times yang bisa anda buka di website The New York Times Company. Ada sekitar 155 kode etik yang diterapkan di koran ini, benar2 rinci. Tidak heran jika berita2 yang disajikan sangat berkualitas. Sedangkan di Indonesia, tiap kode etik yang dikeluarkan organisasi2 jurnalistik tidak ada yang lebih dari 20!!!
Jangan segan2 ikut bertukar pikiran tentang hal ini…
Kasi komen ya…
^kebon jeruk^
^jangan sering2 pake AC^
Kamis,260309
Pernah berfikir kenapa seseorang lebih suka berada di tempat yang ber-AC saat terik matahari di luar sana? Salah satunya tidak mau berkeringat, atau ada yang tidak ingin bedaknya luntur! Ha13…
Tapi hati2 dengan orang yang tetap memilih aman berada dalam ruang AC. Resiko kegemukan akan merayapi perlahan2. apalagi bagi orang yang kesehariannya tidak punya jadwal olah raga.
Darimana energi kita buang jika kita terus saja berada di zona temperatur aman (zona dimana tubuh tidak perlu bekerja ekstra untuk menstabilkan suhu tubuh dengan suhu ruangan)? Terlebih jika kita juga tidak begitu suka beraktivitas dan berolah raga.
Tapi bagaimana dengan kita yang bekerja di lingkungan yang semuanya ber-AC? Ada banyak cara lain untuk tetap membuat tubuh kita sehat dan lemak tetap terbakar sebagaimana mestinya.
Mari hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan dalam jumlah standart dan seimbang gizinya, berolah raga setidaknya 1 kali dalam seminggu, tidur teratur 6-8 jam sehari, tidak banyak mengkonsumsi obat-obatan kimia, dan yang tidak kalah penting…REFRESHING…untuk menjernihkan otak kita. Karena kebanyakan dari kita akan menambah porsi makan kita saat kita stress, atau memilih makan cokelat untuk mengurangi stres. Jika tidak diimbangi dengan aneka aktivitas yang bisa membakar lemak, bagaimana kita menghindari obesitas?
Be ACTIVE!!!